AGUS FIANUDDIN: Pembelajaran Matematika Berkarakter “RAJA” Berbasis Kontekstual Pada Siswa Sekolah Dasar Kelas IV SDIT Insan Permata Malang. Tesis, Program Pendidikan Matematika SD, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Pembimbing (I) Prof. Dr. H. Akbar Sutawidjaja. M.Ed, Ph.D, (II) Dr. Cholis Sa’dijah, M.Pd, MA.

 

Kata kunci : Pembelajaran Matematika, Berkarakter “RAJA”, Berbasis Kontekstual, Kelas IV, SDIT Insan Permata Malang.

 

Penelitian ini bertujuan agar guru mampu mendesain perangkat pembelajaran, melalui penilaian proses pembelajaran dan penilaian proses perkembangan karakter “rasa ingin tahu” dan “kerja keras” atau disingkat dengan karakter “RAJA” pada siswa kelas IV SDIT Insan Permata Malang. Penelitian ini merupakan penelitian Tindakan Partisipan terdiri dari dua siklus dan masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan dengan menggunakan model spiral menurut Kemmis dan Mc Taggart. Peneliti bertindak sebagai pengamat, sedangkan kolaborator utama yaitu guru matematika yang mengajar kelas tersebut sebagai pelaksana tindakan, dan satu guru sebagai kolaborator pembantu, yaitu guru bidang studi matematika. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan, wawancara, dan dokumentasi; instrumen yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, lembar penilaian perkembangan karakter “RAJA” siswa dan tes hasil belajara siswa. Data dianalisis dengan deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada siklus I : 1) kemampuan guru mendesain pembelajaran, (a) keterampilan guru mengajar, porsentase skor: pertemuan pertama 55% dengan kategori “tidak baik”, pertemuan kedua 66% kategori “baik”; (b) keterampilan siswa belajar, porsentase skor: pertemuan pertama 55% dengan kategori “kurang baik”, pertemuan kedua 70% kategori “baik”. Kesimpulan dari poin a dan b dapat peneliti tafsirkan bahwa guru yang bersangkutan belum mampu mendesain pembelajaran. 2) hasil penilaian perkembangan karakter “RAJA” siswa, (a) karakter “rasa ingin tahu”, pada pertemuan pertama sebanyak 21% siswa; pertemuan kedua 36% siswa; (b) karakter “kerja keras” pertemuan pertama 33% siswa; pertemuan kedua 91% siswa. 3) tes hasil belajar siswa yang telah mencapai skor ≥ 65 adalah 81% siswa. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran pada siklus 1 belum memenuhi kriteria keberhasilan.

Melihat hasil pada siklus 1 baik itu pertemuan pertama dan kedua bahwa belum memenuhi kriteria keberhasilan penelitian ini, sehingga peneliti melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan guru. Evaluasi dilakukan oleh kolaborator, yaitu peneliti dan guru sendiri. Jenis evalusinya adalah peneliti melakukan diskusi diakhir setiap pertemuan. Diskusi berisi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh guru dan siswa pada proses pembelajaran dilihat dari hasil observasi kolaborator. Setelah melakukan diskusi dengan kolaborator yang juga sebagai observer pada penelitian ini, diidentifikasi beberapa kelemahan yang terjadi pada pembelajaran pada siklus 1 tersebut. Beberapa hal yang masih dianggap kurang adalah (1) kolaborasi dan negosiasi siswa pada pertemuan pertama belum berjalan secara optimal karena siswa belum terbiasa melakukannya dalam pembelajaran sebelumnya; (2) guru tidak menggunakan waktu seperti yang direncanakan RPP beberapa aktivitas kurang penting menggunakan waktu yang panjang; (3) siswa masih kurang biasa mengerjakan tugas yang dikerjakan dirumah sehingga beberapa siswa tidak mengerjakan tugas; (4) dari pembelajaran pada siklus I ada bebrapa siswa yang masih belum begitu paham menuliskan bilangan Romawi kebilangan Cacah. Wawancara juga dilakukan diakhir siklus 1. Wawancara peneliti kepada guru dan wawancara peneliti kepada siswa. Wawancara dapat menjadi solusi dari permasalahan pada siklus 1. Beberapa kekurangan pada siklus I tersebut akan diperhatikan dalam menyusun rencana pembelajaran dan pada saat proses pembelajaran pada siklus 2.

Pada siklus II: 1) kemampuan guru mendesain pembelajaran, (a) keterampilan guru mengajar, porsentase skor: pertemuan ketiga 95% dengan kategori “sangat baik”, pertemuan keempat 98% kategori “sangat baik”; (b) keterampilan siswa belajar porsentase skor: pertemuan ketiga 98% dengan kategori “sangat baik”, pertemuan kedua 100% kategori “sangat baik”. Kesimpulan dari poin a dan b dapat peneliti tafsirkan bahwa guru yang bersangkutan sudah mampu mendesain pembelajaran. 2) hasil penilaian perkembangan karakter “RAJA” siswa, (a) karakter “rasa ingin tahu” pertemuan ketiga 86% siswa; pertemuan keempat 100% siswa; (b) karakter “kerja keras” pertemuan ketiga dan keempat 100% siswa. 3) tes hasil belajar siswa yang telah mencapai skor ≥ 65 adalah 100% siswa. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran pada siklus II sudah memenuhi kriteria keberhasilan.

Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada guru matematika mampu mendesain perangkat pembelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter agar siswa dalam belajar terjadi pertumbuhan dan perkembangan karakter. Selanjutnya dalam pembelajaran sebaiknya guru menggunakan metode yang kontekstual kepada siswa sekolah dasar (SD) dengan memanfaatkan media kongkrit, artinya media yang sering ditemui atau dijumpai dikehidupan sehari-hari siswa sehingga pembelajarn lebih bermakna.