Handayani, Arine. 2013. Nilai Pendidikan Dalam Sanuhui Etnik Dayak Taboyan Di Kabupaten Barito Utara Kalimantan Tengah. Tesis, Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. Maryaeni, M.Pd., (II) Dr. Hj. Yuni Pratiwi, M.Pd.

 

Kata kunci: nilai religius, nilai moral, nilai sosial, cerita rakyat Dayak Taboyan.

 

Sastra lisan pada hakikatnya merupakan salah satu wujud tradisi yang dimiliki oleh sekelompok etnik masyarakat. Sastra lisan yang merupakan kekayaan budaya turut membentuk jati diri agar menjadi bangsa yang beradab. Sastra lisan mengandung nilai-nilai luhur. Nilai luhur tersebut dapat ditemukan pada dongeng atau cerita rakyat. Cerita rakyat dalam masyarakat Dayak Taboyan dikenal dengan sanuhui. Dayak Taboyan adalah salah satu etnik dari suku-suku Dayak yang ada di Kalimantan Tengah, Kecamatan Barito Utara. Peranan sastra lisan Dayak Taboyan tidak hanya sebagai alat hiburan, pengisi waktu senggang, serta penyalur perasaan penuturnya saja, tetapi juga sebagai alat untuk memelihara norma-norma masyarakat setempat.

Penelitian ini difokuskan pada nilai moral yang meliputi nilai (a) moral religius, (b) nilai moral pribadi, dan (c) nilai sosial. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan ancangan hermeneutika Gadamer. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai instrumen kunci. Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah merekam cerita yang diceritakan, mentranskrip cerita, mentranslit bahasa, membaca teks, mengidentifikasi, mengkodifikasi, mengklasifikasi, dan memaknai atau menginterpretasi data. Penelitian ini bersumber pada teks cerita rakyat Dayak Taboyan, yang ditranskripsi oleh peneliti melalui penuturan langsung dari penutur asli. Dengan demikian, dalam proses pertimbangan dan penentuan cerita rakyat yang dijadikan data penelitian, peneliti memilih beberapa daerah untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di 4 Kecamatan. Pembatasan lokasi penelitian tersebut dimaksudkan agar pelaksanaan penelitian lebih terarah. Data pada penelitian ini berupa cerita rakyat Dayak Taboyan diperoleh dari tuturan langsung dari penutur asli. Data tersebut, kemudian ditranskripsi dalam bentuk teks oleh peneliti, kemudian dicek keberadaannya melalui studi wawancara.

Analisis data dilakukan sejak awal pengumpulan data. Dalam pandangan Gadamer, ada empat faktor yang selalu terlibat dalam suatu proses interpretasi, yaitu: (1) bildung, yakni pembentukan jalan pikiran (2) sensus cummunis sebagai ‘pertimbangan praktis yang baik’. Mengerti konsep ini penting untuk hidup bermasyarakat, (3) pertimbangan, yaitu menggolongkan hal-hal yang khusus atas dasar pandangan tentang yang universal, dan (4) taste atau selera, yaitu sikap subjektif yang berhubungan dengan macam-macam rasa.

Dari hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti, dalam cerita anak yang ada dalam masyarakat Dayak Taboyan memiliki, (1) nilai religius, (2) nilai moral, dan (3) nilai sosial. Nilai religius yang ditemukan antara lain mencakup (1) percaya kepada Tuhan pencipta langit dan bumi, (2) percaya akan takdir, (3) percaya akan makhluk halus dan benda, (4) percaya kepada roh nenek moyang atau leluhur, dan (5) percaya kepada mimpi. Nilai moral yang ditemukan adalah mencegah perbuatan tidak baik antara lain mencakup, (1) iri hati, (2) mencuri, (3) berbohong, (4) memaksakan kehenda, (5) rajin bekerja, (6) berlaku semena-mena terhadap binatang, (7) kemalasan, (8) kecurangan, (9) patuh terhadap orang tua, (10) bertanggung jawab, (11) menyayangi binatang, dan (12) menyayangi tanaman. Nilai sosial yang ditemukan oleh peneliti dalam cerita anak masyarakat Dayak Taboyan adalah (1) peduli terhadap sesama, dan (2) gotong royong.Nilai-nilai tersebut terepresentasikan dalam 11 cerita yang ada dalam masyarakat Dayak Taboyan. Keduabelas cerita tersebut berjudul Rumbia dan Ape, Pangantuhu, Mahaji, Papar Ujung, nenek Uwan dan perempuan Tantahilep, Takbarokok, Kura-kura dan Monyet, Uder dan kera, Udang dan lele, Asal-muasal Ritual Palas Bidan, dan Kancil, Burung Pelatuk dan Kura-kura.

Berdasarkan hasil penelitian dalam cerita rakyat Dayak Taboyan dapat ditemukan nilai-nilai moral yang cukup positif. Nilai-nilai moral yang positif tersebut merupakan bagian dari representasi nilai moral masyarakat Dayak Tabouan yang merupakan pemilik cerita rakyat di Kabupaten Barito Utara. Berkaitan dengan hal tersebut, maka cerita rakyat Dayak Taboyan perlu untuk dilestarikan dan diwariskan kepada generasi bangsa Indonesia, terutama bagi masyarakat Dayak. Hal ini diperlukan agar masyarakat dan generasi penerusnya tidak tercerabut dari akar budaya sendiri. Mengingat cerita rakyat yang berkembang dimasyarakat terus mendekati kepunahan, maka upaya dokumentasi cerita rakyat ini sangat diperlukan, sebab cerita rakyat tersebut sarat dengan pesan dan makna yang amat berkaitan erat dengan sejarah dan pandangan hidup masyarakat pemiliknya. Berdasarkan hal tersebut, dapat disampaikan saran kepada pihak pemerintah untuk memperhatikan dan memberikan kontribusi yang positif bagi para peneliti terutama untuk kajian kebudayaan daerah setempat. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya di lingkungan Barito Utara diharapkan dapat mempertimbangkan cerita anak masyarakat Dayak Taboyan yang mengandung nilai-nilai kehidupan sebagai bahan ajar bahasa Indonesia di sekolah, untuk pendidikan budi pekerti atau menanamkan nilai-nilai kehidupan yang terintegrasi dalam pembelajaran apresiasi satra. Dalam hal ini, disarankan kepada guru agar dapat memilih cerita yang sesuai dengan usia dan kondisi psikologis siswa. Cerita rakyat Dayak Taboyan yang ada dalam penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh tim penulis bahan ajar dalam penyusunan dan penulisan bahan ajar berbasis nilai moral. Dalam hal ini, cerita anak Dayak Taboyan yang mengandung nilai-nilai kehidupan yang positif dalam membentuk karakter pembaca, hendaknya dapat dipilih kembali oleh penulis bahan ajar sesuai dengan usia dan keadaan psikologis pembaca. Cerita anak Dayak Taboyan dalam penelitian ini dapat dipertimbangkan oleh tim pengembang kurikulum dan peningkatan mutu pendidikan pada dinas pendidikan di Barito Utara. Pengembangan kurikulum ini dapat diterapkan pada materi pembelajaran Bahasa Indonesia dan muatan lokal Bahasa Taboyan khususnya untuk pembelajaran apresiasi cerita rakyat Dayak Taboyan. Bagi peneliti lainnya bahwa cerita rakyat yang dianalisis pada penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian sejenis atau mengembangkan pada analisis tokoh cerita, analisis fakta ideal kehidupan anak dan menganalisis imposibility cerita anak.