Magfirah. 2015. Efektivitas Strategi Inkuiri Terbimbing Berorientasi Proses (POGIL) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Tingkat Kemampuan Awal yang Berbeda pada Materi Larutan Buffer. Tesis, Program Studi Pendidikan Kimia Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. Subandi, M.Si, (II) Dr. Aman Santoso, M.Si.

Kata kunci: POGIL, hasil belajar, kemampuan awal siswa, larutan buffer.

Materi larutan buffer merupakan salah satu materi kimia yang penting, namun masih sulit untuk dipahami oleh siswa. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya persentase siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal. Kesulitan siswa dapat disebabkan pemahaman siswa terhadap konsep larutan buffer kurang baik atau kualitas proses pembelajaran yang belum maksimal. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa siswa kurang aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan kurang antusias dalam menyimak penjelasan guru. Strategi yang diduga dapat membantu siswa dalam menguasai konsep materi dan juga mampu meningkatkan keaktifan seluruh siswa dalam proses pembelajaran adalah strategi POGIL (Process Oriented Guided Inquiry Learning) atau inkuiri terbimbing berorientasi proses. Selain penggunaan strategi pembelajaran, faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah kemampuan awal, yaitu pemahaman siswa terhadap materi sebelumnya seperti kesetimbangan kimia dan konsep asam basa yang merupakan modal awal siswa untuk dapat memahami materi larutan buffer. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui: (1) perbedaan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan strategi POGIL dan siswa yang dibelajarkan dengan strategi verifikasi (konvensional), (2) perbedaan hasil belajar siswa berkemampuan awal tinggi, sedang dan rendah yang dibelajarkan dengan strategi POGIL dan yang dibelajarkan dengan strategi verifikasi, dan (3) interaksi antara berbagai tingkat kemampuan awal siswa dengan jenis strategi pembelajaran yang digunakan terhadap hasil belajar yang diperoleh.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan eksperimen semu (quasi experiment) dengan desain faktorial 2 x 3. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMAN 9 Malang tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 6 kelas. Sampel penelitian ditentukan menggunakan teknik cluster random sampling dan terpilih kelas XI MIA 4 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIA 6 sebagai kelas kontrol yang telah diuji kesetaraannya berdasarkan nilai tes dari materi sebelumnya yaitu kesetimbangan kimia dan asam basa. Kelas eksperimen dibelajarkan dengan strategi POGIL dan kelas kontrol dibelajarkan dengan strategi verifikasi. Data hasil penelitian berupa nilai kemampuan awal siswa yang diperoleh dari nilai tes materi sebelumnya yaitu kesetimbangan kimia dan asam basa, dan nilai hasil belajar materi larutan buffer yang diperoleh melalui tes soal pilihan ganda materi larutan buffer yang terdiri dari 15 soal dengan validitas isi sebesar 98%, dan koefisien reliabilitas yang dihitung menggunakan rumus Cronbach’s Alpha berbantuan SPSS sebesar 0,742. Data hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen dianalisis secara statistik menggunakan analisis varian dua jalur berbantuan SPSS for Windows16 untuk uji beda hasil belajar dan uji interaksi antara kemampuan awal siswa dengan strategi pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan strategi POGIL dan siswa yang dibelajarkan dengan strategi verifikasi (konvensional). Hasil belajar siswa kelas POGIL lebih tinggi (rata-rata posttest 81,1) dibandingkan hasil belajar siswa kelas Verifikasi (rata-rata posttest 70,9); (2) terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa berkemampuan awal tinggi, sedang dan rendah yang dibelajarkan dengan strategi POGIL dan yang dibelajarkan dengan strategi Verifikasi. Siswa berkemampuan awal tinggi memiliki rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi (rata-rata posttest kedua kelas 85,0) dibandingkan siswa berkemampuan awal sedang (rata-rata posttest kedua kelas 75,6) dan siswa berkemampuan awal rendah (rata-rata posttest kedua kelas 69,0), dan (3) tidak terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dengan tingkat kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar. Hal ini menunjukkan bahwa keunggulan strategi POGIL dibandingkan strategi Verifikasi berlaku atas setiap tingkat kemampuan awal siswa yang berbeda. Rata-rata hasil belajar siswa kelas POGIL lebih tinggi dibandingkan kelas verifikasi, baik pada siswa dengan tingkat kemampuan awal tinggi, sedang maupun rendah.