Adikrisna, Andika. 2014. Diagnosis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Logika Matematika dengan Mapping Mathematics serta Upaya Mengatasinya Menggunakan Scaffolding. Tesis, Program Studi Pendidikan Matematika, Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dr. H. Subanji, M.Si., (II) Dr. Hery Susanto, M.Si.

Kata kunci: diagnosis, mapping mathematics, scaffolding

Observasi yang dilakukan peneliti di SMAN 1 Kusan Hilir menemukan fakta bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal logika matematika, khususnya soal cerita logika matematika. Penelitian ini bertujuan mendiagnosis letak dan faktor penyebab kesulitan siswa menyelesaikan soal cerita logika matematika menggunakan mapping mathematics, serta upaya mengatasinya menggunakan scaffolding. Langkah scaffolding yang diberikan mengacu pada level 2 dan level 3 scaffolding oleh Anghileri, meliputi explaining, reviewing, restructuring, dan developing conceptual thinking.

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dengan jenis penelitian deskriptif eksploratif. Subjek penelitian adalah tujuh siswa kelas X-4 SMAN 1 Kusan Hilir, dipilih berdasarkan kesalahan tes uji pendahuluan dan kelancaran komunikasi. Data penelitian dikumpulkan melalui tes penugasan terstruktur, lembar panduan scaffolding, rekaman wawancara selama proses scaffolding, dan catatan penelitian. Selanjutnya, data direduksi, disajikan, dan disimpulkan.

Hasil diagnosis menggunakan mapping mathematics memperlihatkan enam letak dan faktor penyebab kesulitan siswa menyelesaikan soal cerita logika matematika, yaitu: (1) menggunakan huruf untuk merepresentasikan variabel, disebabkan karena anggapan siswa yang keliru bahwa menuliskan representasi variabel boleh diabaikan, (2) menyatakan premis dan konklusi menggunakan simbol, disebabkan karena siswa belum bisa membedakan simbol kata hubung logika, termasuk kata/kalimat yang menjadi kata kuncinya, (3) menuliskan bentuk pernyataan implikasi , dengan banyak premis, disebabkan karena siswa belum memahami tentang argumen dan bentuk implikasi dari argumen, (4) menuliskan tabel kebenaran pernyataan implikasi pada langkah 3, disebabkan karena siswa belum memahami cara menentukan nilai kebenaran pernyataan majemuk, (5) menentukan kesimpulan, disebabkan karena siswa tidak memeriksa kembali hasil pekerjaannya (dikaitkan dengan pertanyaan soal).

Berdasarkan letak kesulitan tersebut, scaffolding yang diberikan: (1) menyampaikan tujuan dan manfaat menuliskan representasi variabel (level 2: explaining), (2) membaca pernyataan majemuk dan memberikan penekanan pada bagian tertentu yang menjadi kata kuncinya (level 2: explaining), mengarahkan siswa melakukan refleksi dan memperbaiki jawabannya (level 2: reviewing), (3) mengarahkan siswa melihat kembali definisi dari argumen (level 2: explaining), (4) mengajukan pertanyaan arahan sehingga siswa mengingat kembali pengetahuan prasyarat tentang cara menentukan nilai kebenaran pernyataan majemuk (level 2: reviewing), (5) mengajukan pertanyaan arahan sehingga siswa mencari hubungan antara nilai kebenaran bentuk implikasi suatu argumen dengan apa yang ditanyakan oleh soal (level 3: developing conceptual thinking).