IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE

Latar Belakang

Keberadaan ilmu ekonomi sebagai suatu disiplin ilmu yang diajarkan di sekolah menjadi sangatlah penting, sebab manusia akan selalu dihadapkan pada suatu persoalan yang menuntut untuk membuat pilihan dalam kehidupannya. Oleh karena itu dalam pembelajaran ilmu ekonomi harus mengajarkan siswa untuk mampu membuat pilihan-pilihan secara rasional dan membuat siswa dapat mengaplikasikan konsep-konsep ilmu ekonomi untuk menganalisis dan menyelesaikan persoalan ekonomi yang erat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Di Indonesia pembelajaran ekonomi  telah tercantum pada kurikulum yang disusun oleh pemerintah. Kurikulum yang saat ini berlaku di Indonesia adalah Kurikulum 2013. Konsep sekolah dari Kurikulum 2013 sebagaimana tercantum dalam Permendikbud No103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah adalah “sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana di mana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar”.

Berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang lebih memusatkan pembelajaran pada peran guru, pada Kurikulum 2013 ini mewajibkan pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centred Learning). Seperti halnya yang dikatakan oleh Lorsbach dan Tobin (dalam Suparno, 1997:19) bahwa “pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seorang guru ke kepala orang lain, siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka sendiri”. Dalam kurikulum 2013, guru hendaknya tidak lagi berperan sebagai tokoh utama dalam  proses pembelajaran, karena pembelajaran dapat dilakukan dengan mendayagunakan aneka ragam sumber belajar (Mulyasa, 2014:70). Guru dituntut untuk dapat menggunakan metode pembelajaran semenarik mungkin agar siswa termotivasi mengembangkan pengetahuannya sendiri, siswa juga dibebaskan mencari sumber belajar dan mengkonstruksi pengetahuannya secara mandiri.

Dalam kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, pengetahuan yang dikonstruksi oleh siswa bisa saja mengalami kesalahan, sebab keterbatasan diri siswa atau pemikiran yang bercampur dengan gagasan lain (Septiana, Zulfiani, & Noor, 2014). Konsep awal yang siswa miliki terkadang tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan konsep para ahli, hal inilah yang biasa disebut miskonsepi atau salah konsep (Suparno, 2005:2). Miskonsepsi juga dapat dipandang sebagai suatu konsepsi atau struktur kognitif yang melekat dengan kuat dan stabil yang pada kenyataan adalah konsepi yang tidak sesuai dengan konsep para ahli (Irawan, Riyadi, & Triyanto, 2012). Apabila miskonsepsi telah masuk kedalam struktur kognitif siswa, maka miskonsepsi ini akan menghambat proses penerimaan pengetahuan baru dalam diri siswa (Muna, 2015).

Seorang guru harus peka terhadap permasalahan miskonsepsi ini. Kurikulum di Indonesia memang memiliki susunan beban mata pelajaran untuk program ilmu sosial yang cukup banyak, di antaranya adalah matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, sosiologi, geografi, ekonomi, agama, pendidikan jasmani, sejarah, antropologi, seni, PPKn, dan sebagainya. Terkadang siswa merasa bahwa mereka memiliki terlalu banyak mata pelajaran untuk dipelajari, hal ini dapat melenyapkan kesenangan belajar (Cher, 2012:6). Saat kesenangan belajar siswa menjadi berkurang maka proses belajar siswa akan terganggu. Siswa mengikuti pelajaran hanya karena keharusan menyebabkan raga siswa di dalam kelas namun pemikiran siswa tidak terpusat pada pembelajaran di kelas, sehingga materi yang disampaikan bisa saja tidak tersampaikan secara utuh kepada siswa dan terjadi miskonsepsi.

Saat pembelajaran di kelas, sesuai dengan skenario pembelajaran Kurikulum 2013, guru akan memberikan kesempatan siswa untuk bertanya apa bila terdapat kesulitan dalam memahami materi. Guru juga mengeksplor sampai sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari. Lubis (2011) dalam artikelnya yang berjudul ‘Mengapa Siswa Tidak Mau Bertanya?’ menyebutkan bahwa “hambatan belajar yang sering terjadi adalah siswa tidak mau bertanya dalam kelas”.  Kecenderungan siswa yang pasif tidak bertanya ini akan menjadi kendala tersendiri pada proses pembelajaran, terlebih lagi pada mata pelajaran yang tidak diminati siswa. Saat siswa tidak ada yang bertanya, guru akan menganggap siswa telah memahami materi yang disampaikan. Akan ada dua kemungkinan yang dialami siswa. Pertama, siswa tersebut memang sudah memahami materi dengan baik dan benar sehingga tidak bertanya. Kedua, siswa tersebut merasa sudah memahami materi padahal pemahamannya salah atau terjadi miskonsepi.

Penguasaan konsep yang benar akan sangat berpengaruh kepada siswa ke depannya. Sebab konsep yang tertanam pada pemikiran siswa itulah yang nanti akan dibawa ke dalam pengaplikasian di kehidupan sehari-hari. Salah satu mata pelajaran yang terkait langsung di kehidupan sehari-hari siswa adalah mata pelajaran ekonomi, misalkan pada materi biaya peluang, siswa akan diajarkan bagaimana menentukan pilihan sesuai dengan biaya peluang yang akan didapatkan, sehingga saat di kehidupan nyata siswa dihadapkan pada sebuah pilihan, diharapkan siswa tersebut dapat memilih dengan tepat dan bijak.Tujuan mengapa siswa harus menguasi konsep ekonomi dengan benar adalah karena ekonomi merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional. Sedangkan tujuan lebih jauhnya adalah dengan penguasaan konsep ekonomi yang benar diharapkan akan menjadi bekal bermanfaat bagi siswa untuk di kehidupan mendatang. Contoh paling sederhana adalah dengan penguasaan ilmu ekonomi siswa akan diharapkan akan dapat mengambil keputusan dengan benar dan tepat, misalkan dalam membeli barang kebutuhan seharusnya sesuai dengan prioritas dan budget yang dimiliki dan jangan berlebihan sehingga menimbulkan utang. Inti ilmu ekonomi adalah bagaimana menentukan pilihan dengan tepat.

Pada mata pelajaran ekonomi khususnya pada tingkat SMA/MA terdapat banyak konsep dan teori ekonomi yang tidak hanya bersifat menghafal kata-kata saja, namun juga terdapat konsep hitungan serta gambar kurva ataupun diagram. Hal ini yang menyebabkan seringkali siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari ekonomi. Terkadang siswa dapat menyelesaikan soal hitungan namun tidak mengerti bagaimana hubungannya dengan konsep ekonomi ataupun sebaliknya. Padahal keduanya akan saling terkait satu sama lain, misalkan dengan menghitung besarnya biaya peluang maka akan dapat menentukan pilihan yang tepat. Apa yang dialami siswa tersebut disebabkan karena adanya miskonsepsi saat mengkonstruksi pengetahuannya tentang materi tertentu.

Walstad (1998) seorang direktur dari National Center for Research in Economic Education, University of Nebraska  pernah menyatakan bahwa:

 There are three essential ingredients for effective economic education in the schools. First, teachers must be knowledgeable about the subject and be able to help students learn how to use basic economic concepts to analyze personal and social issues. Second, good curriculum guides and instructional materials are needed that present economic content at an appropriate level for the student to understand. Third, economics must have a central place in the school curriculum—similar to math, science, history and language arts—so that substantial classroom time is devoted to economics instruction.

Mengacu kepada ketiga saran agar pembelajaran ekonomi di sekolah dapat berjalan efektif yang diberikan oleh Walstad dapat dikatakan bahwa saat ini pembelajaran yang ada sudah menuju kearah tersebut. Namun keberhasilan pembelajaran ekonomi tidak hanya sebatas guru dan kurikulum saja, tetapi harus ada sinergi dengan siswa juga. Meskipun dengan sistem Student Centred Learning dimana siswa belajar mandiri,  komunikasi antara guru dan siswa harus tetap berjalan dengan baik.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di SMAN 1 Malang didapatkan informasi dari data rekap nilai ekonomi siswa kelas X semester I bahwa terdapat beberapa siswa yang nilainya hampir di bawah KKM untuk 4 KD awal. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan siswa didapatkan informasi bahwa siswa kelas X masih banyak yang mengalami kesulitan memahami materi ekonomi, sebab saat ini siswa memperoleh materi ekonomi sebagai mata pelajaran tersendiri dan tidak diajarkan secara terpadu seperti saat di jenjang SMP. Berdasarkan perolehan hasil belajar siswa tersebut akan lebih baik apabila dideteksi penyebab mengapa siswa mengalami kesalahan dalam mengerjakan soal ujian, karena dikhawatirkan bukanlah siswa yang tidak siap saat ujian namun bisa jadi siswa mengalami miskonsepsi. Sebagai siswa kelas X penguasaan konsep ekonomi yang benar harus sudah dibentuk sedini mungkin, sebab materi yang diperoleh adalah ekonomi dasar yang nantinya akan semakin rumit dan luas.

Terdapat beberapa cara untuk dapat mendeteksi miskonsepsi siswa, yaitu dengan peta konsep, tes, wawancara, dan diskusi kelas. Berdasarkan permasalahan di atas maka cara yang tepat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi siswa pada mata pelajaran ekonomi adalah dengan melakukan tes. Tes yang dimaksud adalah tes diagnostik. Tes diagnostik yang digunakan adalah model two-tier multiple choice atau tes dua lapis berupa pilihan ganda. Pada soal lapis pertama adalah pertanyaan mengenai materi, sedangkan soal pada lapis kedua merupakan alasan dari jawaban soal lapis pertama. Tujuan tes ini adalah untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan siswa dalam belajar, yang nantinya dari hasil tes tersebut akan dapat diidentifikasi apakah siswa mengalami miskonsepsi dan faktor apa saja yang menjadi penyebabnya. Langkah selanjutnya akan mencari solusi terhadap permasalahan tersebut. Sesuai dengan kondisi tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian kualitatif dengan judul “Indentifikasi Miskonsepsi Siswa SMA pada Mata Pelajaran Ekonomi Menggunakan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice”.

Tujuan

  1. Untuk mengetahui bagaimanakah miskonsepsi siswa SMA pada mata pelajaran ekonomi berdasarkan hasil identifikasi menggunakan tes diagnostik Two-Tier Multiple Choice.
  2. Untuk mengetahui apa sajakah faktor penyebab terjadinya miskonsespsi siswa SMA pada mata pelajaran ekonomi.
  3. Untuk mengetahui bagaimanakah solusi pemecahan permasalahan miskonsepi siswa SMA pada mata pelajaran ekonomi.

 Manfaat

  1. Bagi sekolah

Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran khususnya pada mata pelajaran ekonomi.

  1. Bagi guru

Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam menyusun strategi pembelajaran ekonomi yang tepat sehingga dapat meminimalisir terjadinya miskonsepsi demi peningkatan hasil belajar siswa.

  1. Bagi siswa

Penelitian ini dapat meluruskan miskonsepsi siswa sehingga memberikan pemahaman konsep ekonomi yang benar.

  1. Bagi peneliti

Penelitian ini memperluas wawasan, menambah pengetahuan, dan juga mengembangkan ilmu di bidang Pendidikan Ekonomi mengenai miskonsepsi siswa serta menjadi bekal pengalaman berharga sebagai calon pendidik masa depan.

DOSEN PENGUJI DAN PEMBIMBING

Dr. Hari Wahyono, M.Pd : Kaprodi
Dr. Hardika, M.Pd : Penguji Pendidikan
Dr. Wahjoedi, M.E, M.Pd : Pembimbing I
Dr. Sri Umi Mintarti W, S.E., M.P., Ak : Pembimbing II

IDENTITAS DIRI

Nama : DERRA SETYA WARDANY
NIM   : 140431807354
Tempat/tanggal lahir : Malang, 28 Juli 1992
Alamat : Perumahan Sumbersari Baru Kav 27, RT 04/RW 05 Kelurahan  Bandulan, Kecamatan Sukun, Kota Malang 65146
No HP : 081335089263
Email  : wardanyderra.s@gmail.com
Kebangsaan : Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *