KEMANJURAN TEKNIK PEMODELAN SIMBOLIK DALAM KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EFIKASI DIRI KARIER SISWA SMP

Farida Yeni Giarti, Triyono, M. Ramli

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Pascasarjana Universitas Negeri Malang

Jl. Semarang 5, Malang

faridayenigiarti@gmail.com

 

Abstract:  Symbolic Modelling Techniques In Group Counseling For Improve Self Efficacy Career Junior High School Students. This study aims to improve self-efficacy career junior high school students through symbolic modeling techniques. This research is an experimental research design with equivalent time series design, with research subjects junior high school students. The research subject was recorded as a class IX student of SMP and the subject indicated as students who have a career low self-efficacy. Based on the results of measurements career self-efficacy scale there are eight students who have low self-efficacy career. Subjects who suffered a career low self-efficacy is given four times and four times posttest intervention using career self-efficacy scale. Results of statistical analysis using Wilcoxon test Zhitung figure (1,992)> Z table (0.4801) which means that H 0 is rejected and numbers Asymp. Sig (2-tailed) 12:46 smaller than 0.5, then H 0 rejected. This means de Ngan group counselingsymbolic modeling techniques effective to increase self-efficacy career junior high school students. Based on these results, the suggestions put forward are (1) the counselor should provide career counseling more intensive (2) penelitidapat consider self efficacy career in supporting opportunities students choose continuation study from the eighth grade, and researchers can develop self-efficacy in the areas of personal, social and learning.

Keyword : simbolic modelling, self efficacy career, group counseling

Abstrak: Kemanjuran Teknik Pemodelan Simbolik Dalam Konseling Kelompok Untuk Meningkatkan Efikasi Diri Karier Siswa SMP. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan efikasi diri karier siswa SMP melalui teknik pemodelan simbolik. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan equivalent time series design, dengan subjek penelitian siswa SMP. Subjek penelitian tercatat sebagai siswa kelas IX SMP dan subjek terindikasi sebagai siswa yang memiliki efikasi diri karier rendah. Berdasarkan hasil pengukuran skala efikasi diri karier terdapat delapan siswa yang mengalami efikasi diri karier rendah. Subjek yang mengalami efikasi diri karier rendah diberikan empat kali intervensi dan empat kali posttest dengan menggunakan skala efikasi diri karier. Hasil analisis statistik menggunakan uji Wilcoxon angka Zhitung (1,992) > Z tabel (0,4801) yang berarti H0 ditolak dan angka Asymp . Sig (2-tailed) 0.46 yang lebih kecil dari 0.5,maka H0 ditolak. Artinya konseling kelompok dengan teknik pemodelan simbolik efektif untuk meningkatkan efikasi diri karier siswa SMP. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka saran yang diajukan adalah (1) konselor hendaknya memberikan konseling karier yang lebih intensif (2) penelitidapat mempertimbangkan efikasi diri karier dalam mendukung kesempatan siswa memilih kelanjutan studi dari kelas delapan, serta peneliti dapat mengembangkan efikasi diri dalam bidang pribadi, social dan belajar.

Kata Kunci: Pemodelan simbolik, Efikasi Diri Karier, konseling kelompok

PENDAHULUAN .

Sesuai dengan tahap perkembangan remaja khususnya siswa SMP masuk dalam kategori remaja awal. Konopka (dalam Yusuf, 2011) membagi tahap remaja menjadi tiga yaitu remaja awal usia 12-15 tahun, remaja madya usia 15-18 tahun dan remaja akhir 18-22 tahun. Dalam tiap tahapan ini setiap remaja memiliki tugas perkembangan yang tidak sama. Apalagi siswa SMP sudah memiliki tugas perkembangan yang lebih kompleks dibandingkan semasa mereka di bangku sekolah dasar. Seperti halnya mereka dihadapkan pada tugas perkembangan karier. Salah satu perkembangan karier yang harus  dicapai oleh siswa SMP yaitu terkait dengan memilih dan mengambil keputusan karier. Pilihan karier siswa SMP yaitu terkait dengan pilihan kelanjutan studi di SMA, MA, atau SMK serta mereka diminta untuk mempersiapkan karier dimasa depannya. Siswa SMP  cenderung masih labil dalam menyikapi dan menentukan karier yang akan ia pilih. Tidak sedikit dari siswa SMP memiliki sifat bingung dan ragu-ragu dalam mencapai karier

Fenomena yang ada dilapangan dari hasil observasi dan wawancara dengan beberapa siswa SMP. Terdapat beberapa siswa yang kebingungan akan melanjutkan sekolah lanjutan mana setelah ia lulus. Ada yang menjawab mereka tidak akan melanjutkan sekolah melainkan mereka diminta untuk ikut bekerja dengan orang tua. Alasannya biaya sekolah semakin mahal dan kebutuhan tidak hanya ke mereka saja. Ada juga yang malas untuk belajar, dan tidak tertarik untuk lanjutkan pendidikan. Ada yang menuruti kemauan orang tua terhadap sekolah lanjutan. Anak menginginkan masuk ke SMK untuk dapat segera terjun ke dunia kerja, tetapi orang tua meminta masuk di SMA untuk nantinya dapat melanjutkan ke perguruan tinggi. Selain itu ada yang mengatakan bahwa “lihat nanti teman-teman saya banyak yang masuk sekolah di SMK, SMA, atau MA, saya akan ikut mereka.

Selain itu, dari hasil wawancara oleh salah satu pihak Dinas Pendidikan Bapak Maryono dalam kegiatan Sosialisasi dan Pembinaan GENRE bagi guru BK di SMPN 1 Karangan (rabu, 26 Oktober 2016), Beliau mengatakan “persoalan paling banyak yang terjadi pada siswa jenjang menengah pertama yang ada di Kabupaten Trenggalek yaitu banyaknya siswa yang putus sekolah. Dilihat dari perhitungan (APK) angka perhitungan kasar dari 2000 siswa SMP, sebanyak 1300 siswa belum melanjutkan studi ke jenjang menengah atasdan sekitar 700 siswa yang melanjutkan ke SMA,MA maupun SMK. Siswa yang tidak melanjutkan sekolah menengah atas mereka bekerja menjadi kuli atau menikah muda.

Kondisi tersebut didukung dengan  informasi yang dimuat pada koran Jawa Pos pada tanggal 1 September 2015  menyebutkan bahwa sebesar 33% ikutan teman-temannya, dipaksa orang tua sebesar 21% , gengsi 14%  dan tertarik bidang tersebut sebesar 2%  serta lainnya sebesar 3%. Dari pemberitaan tersebut terlihat bahwa sebagian besar siswa dalam memilih karier atau studi lanjutan diwarnai oleh teman sebayanya.  Hal ini menunjukkan bahwa efikasi diri siswa rendah yang ditandai dengan peran teman sebaya dan lingkungan sekitar yang akan menentukan karier mereka. Mereka juga tidak yakin dengan kemampuan diri sendiri

Menurut Bandura (dalam Herr  Edwin, 1984) efikasi diri merupakan perubahan perilaku dan keputusan dibuat serta dimediasi oleh efikasi diri terhadap harapan atau keyakinan untuk melakukan suatu perilaku. Untuk itu efikasi diri individu berhubungan dengan cita-cita masa depan setiap remaja. Selain itu menurut (Robert, dkk, 2003: 183) efikasi diri merupakan keyakinan seseorang akan kemampuan atau kompetensinya atas kinerja tugas yang diberikan, mencapai tujuan atau mengatasi sebuah hambatan. Oleh karena itu dalam memilih atau memutuskan suatu karier yang akan dijalani oleh seseorang, maka diperlukan pengetahuan akan kemampuan yang dimiliki sehingga dapat mencapai tujuan yang dirancangnya.

Sesuai dengan yang dipaparkan oleh Bandura mengenai pengaruh efikasi diri terhadap bagaimana individu memikirkan dan mencapai target-targetnya. Sebaliknya siswa yang memiliki efikasi diri yang rendah menyakini dirinya tidak memiliki kemampuan untuk dapat berhasil menentukan pilihan dan cita-citanya.

Efikasi diri karier pada siswa dapat ditingkatkan. Siswa perlu diberikan fasilitas untuk meningkatkan efikasi diri karier tersebut. Bandura (1999) mengidentifikasi karakteristik individu yang memiliki efikasi diri rendah. Mereka biasanya merasa tidak berdaya, cepat sedih, apatis, cemas, menjauhkan diri dari tugas-tugas yang sulit, cepat menyerah saat menghadapi rintangan, dan komitmen yang lemah terhadap tujuan yang ingin mereka dicapai. Dari karakteristik siswa yang memiliki efikasi diri rendah dan didukung oleh studi pendahuluan dapat dikatakan ada kebutuhan mengenai peningkatan efikasi diri karier.

Menurut Bandura (dalam Alwisol 2006) terdapat empat sumber terbentuknya efikasi diri individu. Salah satu sumber terbentuknya yaitu vicarious experiences provided by social models. Dari beberapa macam social models salah satunya yaitu pemodelan simbolik. Pemodelan simbolik merupakan salah satu prosedur dari teknik modeling. Individu dapat memperoleh tingkahlaku baru melalui kemampuan kognitif.

Teori sosial Bandura  (1997) memberikan gagasan bahwa kita belajar dari interaksi kita dengan orang lain di lingkungan. Alasan penggunaan teknik pemodelan simbolis ini didukung oleh beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan. Bandura & mcdonald (1963) membuktikan bahwa modeling lebih efektif dalam membentuk moral anak dari pada prosedur pengkondisian operan. Penelitian muslikah (2012) membuktikan keefektifan teknik syimbolic modelling  untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Inayatul (2015) mengembangkan model bimbingan kelompok dengan teknik modeling untuk meningkatkan self-regulated learning.

Pemodelan simbolik mampu mempengaruhi siswa dalam mengubah perilaku negatif menjadi positif. Pemodelan simbolik dapat disajikan dalam bentuk video yang mudah untuk diperoleh, saat ini video edukasi sangat mudah untuk didapatkan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemodelan simbolik efektif untuk meningkatkan berbagai keterampilan siswa pada bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karier. Namun disini peneliti akan melakukan penelitian secara spesifik yang membuktikan bahwa pemodelan simbolik efektif untuk meningkatkan efikasi diri karier siswa SMP.

METODE

Dalam peningkatan efikasi diri karier siswa SMP menggunakan teknik pemodelan simbolik melalui konseling kelompok.pemodelan simbolik yang digunakan yaitu dengan pemutaran video pendek. Informasi dan data pada penelitian ini dikumpulkan melalui pemberian skala pengukuran pada siswa kelas IX SMP. Setelah data diperoleh maka dilakukan analisis untuk mencari ada tidaknya kemanjuran teknik pemodelan simbolik melalui konseling kelompok unuk meningkatkan efikasi diri karier siswa SMP. Desain ini dapat digambarkan seperi berikut:

GE O1 X O2 X O2 X O2 X O2 X O2 X O2 X O2

Gambar 2.1 Equivalent Time Series Design

Keterangan:

GE : Penetapan Group Experiment

O1 : pretest

X   : treatment

O2 : Posttest

Dari desain di atas, maka dalam penelitian ini intervensi dilakukan setelah diberikan pretest, setelah melaksanakan pretest, peneliti melaksanakan intervensi sebanyak 4 kali berupa teknik pemodelan simbolik.

PEMBAHASAN

Deskripsi Analisis Data Individual

Tabel 3.1 Rata-rata skor pre test, test dan post test keseluruhan subjek pada

   setiap inervensi

Subjek Nama Pre test Test 1 Test 2 Test 3 Post test
1 PT 2.8 2.61 2.62 2.93 3.23
2 AG 2.3 2.6 3 2.8 3.06
3 YN 2.4 2.53 0 2.73 2.93
4 PN 2.75 2.8 2.68 2.86 3.53
5 AL 2.6 2.5 2.81 3.2 3.2
6 RS 2.5 2.6 2.87 0 2.86
7 AHM 2.86 2.86 2.93 2.6 2.73
8 TR 2.46 2.4 2.63 2.86 2.8

Deskripsi Analisiis Data Kelompok

Tabel 3.2 Uji Hipotesis Efikasi Diri Karier Seluruh Subjek

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PRETEST 6 2.30 2.86 2.6283 .21674
POSTTEST4 6 2.73 3.53 3.0750 .29002
Valid N (listwise) 6

Skor dari keseluruhan subjek penelitian diperoleh dari skala efikasi diri karier yang dilancarkan sebelum proses intervensi pertama dan setelah intervensi keempat. Perincian tabel descriptive statistics, subjek penelitian sebanyak enam siswa. Rata-rata hasil pre test adalah 2.62 dan rata-rata hasil post test adalah 3.07. Dengan rata-rata minimum pre test 2.30 dan rata-rata nilai maksimal pre test 2.86, serta rata-rata nilai minimum post test 2.73 dan nilai maksimum post test 3.53.

Tabel 3.3 Uji Hipotesis Keseluruhan

Test Statisticsa
POSTTEST4 – PRETEST
Z -1.992b
Asymp. Sig. (2-tailed) .046
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.

 

Berdasarkan analisis data kelompok menggunakan statistik uji Wilcoxon, hasil penelitian adalah teknik pemodelan simbolik efektif untuk meningkatkan efikasi diri karier siswa SMP. Hal ini dilihat dari angka Z hitung (1.992) > Z tabel (0.4801) yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Angka Asymp. Sig (2-tailed) 0.46 yang lebih kecil dari 0.5 yang artinya H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan kata lain teknikpemodelan simbolik memberikan pengaruh untuk meningkatkan efikasi diri karier siswa SMP.

Tabel 3.4 Uji Hipotesis intervensi 1 (Wlicoxon Sign Rank Test)

Test Statisticsa
POSTTEST1 – PRETEST
Z -.405b
Asymp. Sig. (2-tailed) .686
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.

Penjelasan tabel analisis tersebut adalah angka Z hitung (,405 < Z tabel (0,4801) yang berarti H0 diterima dan angka Asymp.Sig (2-tailed) (0.686) lebih besar dari 0.5 (taraf kesalahan data) artinya H1 ditolak dan H0 diterima. Dengan kata lain intervensi pertama tidak berpengaruh terhadap peningkatan efikasi diri karier subjek SMP.

Tabel 3.5 Uji Hipotesis intervensi 1I (Wlicoxon Sign Rank Test)

Test Statisticsa
POSTTEST2 – POSTTEST1
Z -1.572b
Asymp. Sig. (2-tailed) .116
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.

 Penjelasan tabel analisis tersebut adalah angka Z hitung (1.572 > Z tabel (0,4801) yang berarti H0 ditolak dan angka Asymp.Sig (2-tailed) (0.116) lebih kecil dari 0.5 (taraf kesalahan data) artinya H1 diterima dan H0 ditolak. Dengan kata lain intervensi kedua berpengaruh terhadap peningkatan efikasi diri karier subjek SMP.

Tabel 3.6 Uji Hipotesis intervensi III (Wlicoxon Sign Rank Test)

Test Statisticsa
POSTTETS3 – POSTTEST2
Z -.105b
Asymp. Sig. (2-tailed) .917
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.

Penjelasan tabel analisis tersebut adalah angka Z hitung (0,105 < Z tabel (0,4801) yang berarti H0 terima dan angka Asymp.Sig (2-tailed) (0.917) lebih besar dari 0.5 (taraf kesalahan data) artinya H1 ditolak dan H0 diterima. Dengan kata lain intervensi ketiga tidak berpengaruh terhadap peningkatan efikasi diri karier subjek SMP.

Tabel  3.7 Uji Hipotesis intervensi IV (Wlicoxon Sign Rank Test)

Test Statisticsa
POSTTEST4 – POSTTETS3
Z -1.992b
Asymp. Sig. (2-tailed) .046
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.

Penjelasan tabel analisis tersebut adalah angka Z hitung (1.992 > Z tabel (0,4801) yang berarti H0 tolak dan angka Asymp.Sig (2-tailed) (0.046) lebih kecil dari 0.5 (taraf kesalahan data) artinya H1 diterima  dan H0 ditolak. Dengan kata lain intervensi keempat berpengaruh terhadap peningkatan efikasi diri karier subjek SMP.

Hasil analisis statistik mengenai perubahan intervensi di atas, menunjukkan bahw ada dua kali intervensi yang tidak memberikan pengaruh terhadap peningkatan efikasi diri karier siswa,yaitu intervensi pertama dan intervensi ketiga. Sedangkan intervensi kedua dan keempat memberikan pengaruh terhadap peningkatan efikasi diri karier siswa SMP.  Bisa disimpulkan bahwa konseling kelompok melalui teknik pemodelan simbolik dapat meningkatkan efikasi diri karier siswa SMP.

Simpulan dan Saran

Simpulan

Berdasarkan telaah hasil dan pembahasan yang diuraikan pada bagian sebelumnya, analisis data individual membuktikan teknik pemodelan simbolik efektif untuk meningkatkan efikasi diri karier siswa SMP pada intervensi kedua dan keempat.  Sedangkan analisis data kelompok membuktikan teknik pemodelan simbolik efektif untuk meningkatkan efikasi diri karier siswa SMP.

Hipotesis penelitian yang menyatakan ada perbedaan antara efikasi diri karier siswa sebelum dan setelah intervensi dengan menggunakan teknik pemodelan simbolik. Hasil uji Wilcoxon dengan jumlah subjek sebanyak enam yang masing –masing diberikan intervensi menunjukkan adanya peningkatan efikasi diri karier siswa SMP.

Teknik pemodelan simbolik terbukti dapat memberikan pengaruh yang positif dalam memingkatkan efikasi diri karier siswa SMP.dengan demikian teknik ini dapat digunakan untuk memberikan layanan konseling pribadi sebagai upaya dalam membantu siswa atau peserta didik agar memiliki efikasi diri karier yang tinggi.

Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan penelitian, ditemukan saran-saran sebagai berikut;

  1. Bagi seorang konselor hendaknya memberikan konseling karier yang lebih intensif kepada siswa dan melakukan tindak lanjut terhadap layanan konseling dalam bidang karier agar siswa semakin memahami diri terutama yang berhubungan dengan masalah-masalah karier siswa dimasa depan.  Selain itu konselor perlu memperhatikan komponen layanan dukungan sistem dalam kegiatan manajemen dan pengembangan.
  2. Bagi peneliti selanjutnya, dalam rangka pengembangan ilmu bidang pendidikan khususnya bimbingan dan konseling, maka diharapkan mempertimbangkan efikasi diri karier dalam mendukung kesempatan siswa memilih kelanjutan studi dengan menggunakan berbagai teknik dalam bimbingan dan konseling. Peneliti hendaknya meneliti keefektifan teknik pemodelan simbolik pada siswa jenjang pendidikan lain yang memiliki efikasi diri karier yang rendah.

Dewan Penguji

Dr. Triyono, M.Pd., Ketua

Dr. M Ramli, M.A., Anggota

Dr. Muslihati, M.Pd., Anggota

Dr. Im Hambali, M.Pd, Anggota

Biodata

Farida Yeni Giarti lahir di Trenggalek, 21 Juni 1991. Anak pertama dari dua orang bersaudara. Tinggal bersama kedua orangtuanya di Tumpuk Tugu Trenggalek. Pendidikan pertama diselesaikan di TK Dharma Wanita Tugu Trenggalek pada tahun 1998. Pendidikan Dasar ditempuh di SDN Tumpuk Tugu tamat pada tahun 2004. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama ditempuh di SMPN 2 Tugu Trenggalek tamat pada tahun 2007. Pendidikan Sekolah Menengah Atas di selesaikan di SMAN 1 Karangan tamat pada tahun 2010. Pendidikan perguruan tinggi ditempuh di Universitas Negeri Malang Jurusan Bimbingan dan Konseling pada tahun 2010 dengan jalur Mandiri. Dan lulus 7 semester tahun 2014. Selanjutnya menempuh kuliah S2 di Universitas Negeri Malang tahun 2014. Selama masa kuliah peneliti disambi bekerja di MA Muhammadiyah 1 Malang.

One thought on “KEMANJURAN TEKNIK PEMODELAN SIMBOLIK DALAM KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EFIKASI DIRI KARIER SISWA SMP

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *