Andhina, Patriana. 2012. Students’ Ability in Using Discourse Markers to Build Coherence in Compositions. Tesis. Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dr. Sri Rachmajanti, Dip.TESL, M.Pd., (II) Prof. Dr. Nur Mukminatien, M.Pd.

 

Kata kunci: penanda wacana, koheren, kohesi, teks argumentatif.

 

Penanda wacana adalah kata atau frase, frase adverbial maupun preposisional dalam wacana tertulis yang dapat digunakan untuk menandai hubungan antar kalimat dalam sebuah wacana. Penggunaan penanda wacana dengan proporsi yang tepat dan benar diketahui dapat membangun wacana yang koheren. Penggunaan penanda wacana oleh pengguna bahasa Inggris sebagai bahasa kedua/ bahasa asing telah dikaji beberapa tahun terakhir. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa penggunaan penanda wacana dalam teks tertulis bukanlah hal yang mudah, bahkan bagi pengguna bahasa Inggris tingkat lanjut. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana mahasiswa pascasarjana Program Pendidikan Bahasa Inggris di Indonesia menggunakan penanda wacana untuk membangun koherensi dalam teks tertulis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penanda wacana apa saja yang digunakan dalam teks argumentatif dan masalah apa saja yang mereka hadapi ketika menggunakan penanda wacana dalam teks argumentatif.

Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif-kualitatif. Subjek penelitian ini adalah 21 mahasiswa pascasarjana Program Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Negeri Malang tahun ajaran 2011/2012 yang sedang mengambil mata kuliah Critical Review of Applied Linguistic (CRAL). Dalam penelitian ini ditetapkan 52 penanda wacana sasaran DMs yang akan diteliti dalam 21 teks argumentatif subjek. Penelitian ini juga akan mengamati kata atau frasa yang mempunyai kriteria sebagai penanda wacana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek menggunakan 44 jenis penanda wacana dalam 234 kemunculan, namun hanya 116 kemunculan penanda wacana yang digunakan dengan tepat. Dalam penggunaan penanda wacana subjek menghadapi beberapa masalah yaitu: substitusi yang tidak setara, penggunaan berlebih, logika semu, kesalahan penanda hubungan, dan kesalahan penerjemahan dari bahasa ibu mereka. Selain itu, beberapa subjek masih belum dapat membedakan penggunaan konjungsi dan penanda wacana.

Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek masih menemui kesulitan membangun koherensi dalam teks argumentatif dengan menggunakan penanda wacana. Disamping itu dapat juga disimpulkan bahwa subjek belum menguasai penggunaan penanda wacana sepenuhnya. Oleh karena itu disarankan agar hal itu dapat dipecahkan dengan cara memberikan instruksi yang jelas tentang penggunaan penanda wacana yang baik dan benar. Selain itu, mahasiswa perlu diajar penanda wacana beserta peranannya dalam wacana, termasuk aturan semantik dan sintaktik yang menyertainya.

× How can I help you?